PLTP Sarulla Terlambat Beroperasi

Rabu, 12 Agustus 2009 | 02:57 WIB

Medan, Kompas - Berlarut-larutnya negosiasi ulang harga jual listrik dari Sarulla Operation Limited selaku pengembang Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Sarulla kepada Perusahaan Listrik Negara membuat pembangkit listrik yang rencananya berkapasitas 330 megawatt ini terlambat beroperasi. Paling cepat unit pertama Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi Sarulla baru bisa beroperasi pada 2012.

Negosiasi ulang harga jual listrik diminta Sarulla Operation Limited (SOL) yang merupakan konsorsium pengembang PLTP Sarulla kepada PLN tak lama setelah kenaikan harga minyak dunia. Sebelumnya, sudah terjadi kesepakatan jual beli listrik (power purchase agreement) antara SOL dan PLN, di mana listrik PLTP Sarulla akan dibeli PLN dengan harga 4,6 sen dollar AS per kilowatt jam (kWh).

Namun, setelah kenaikan harga minyak, SOL kemudian meminta negosiasi ulang harga jual listrik PLTP Sarulla, yang hingga kini masih belum disepakati PLN. Menurut Vice President, General Support, and External Relations PT Medco Geothermal Sarulla Encep Sutisna, pihak SOL berharap negosiasi ulang harga jual selesai setelah pembentukan kabinet baru. Medco Geothermal merupakan salah satu anggota konsorsium SOL selain Ormat dan Itochu.

”Kami perhitungkan memang bulan Oktober sudah bisa selesai negosiasi ulang harga jual ini sehingga kami bisa langsung melakukan financial closing (perjanjian fasilitas pembiayaan) dengan kreditor. Segera setelah financial closing kami bisa langsung membangun konstruksi pembangkit listrik,” ujar Encep di Medan, Selasa (11/8).

Menurut Encep, unit satu PLTP Sarulla direncanakan selesai dalam waktu 30 bulan sejak financial closing sehingga diperkirakan mulai bisa beroperasi pada akhir 2011. ”Unit dua akan selesai dalam waktu 12 bulan, sedangkan unit tiga akan selesai dalam waktu enam bulan sejak pembangunan unit satu selesai,” ujar Encep.

Kepala Dinas Pertambangan dan Energi Provinsi Sumut Washington Tambunan meragukan PLTP Sarulla dapat beroperasi pada 2012. ”Kalau saya lebih berhati-hati. PLTP Sarulla bisa beroperasi tahun 2012 saja kami sudah senang,” kata Washington. Kehati-hatian Washington mengingat sejarah PLTP Sarulla yang berganti-ganti kepemilikan dan berulang kali gagal dalam proses negosiasi harga jual listriknya.

Encep mengungkapkan, SOL akan melakukan langkah secepat mungkin jika negosiasi ulang harga jual beli ini mulus. Dia mengatakan, SOL bertahan di harga 7 sen dollar AS per kWh. Harga ini masih belum disetujui oleh PLN. Meski harga minyak bumi turun dan cenderung stabil akhir-akhir ini, Encep mengatakan, bukan hanya itu variabel yang menentukan harga jual listrik PLTP Sarulla.

Washington menuturkan, sebenarnya harga jual yang diminta SOL tak terlalu memberatkan PLN mengingat ongkos produksi rata-rata listrik di Sumut mencapai Rp 1.750 per kWh atau sekitar 17 sen dollar AS.

”Memang mestinya tidak terlalu berat bagi PLN, tetapi yang saya dengar, PLN sekarang tengah mencari payung hukum untuk mengubah perjanjian jual beli listrik yang sempat ditandatanganinya,” kata Washington.

Panas bumi di Sarulla diperkirakan mampu menghasilkan daya listrik hingga 750 MW.

”Yang sekarang sudah kami ketahui cadangan pastinya 330 MW, tetapi potensinya bisa mencapai 750 MW. Makanya, begitu negosiasi ulang selesai, kami perlu melakukan tes produksi lagi terhadap sumur-sumur panas bumi yang ada di sana. Ada sembilan sumur yang sekarang ada, dan kemungkinan kami akan melakukan pengeboran lagi untuk bisa mencapai 330 MW,” kata Encep. (BIL)

Sumber kompas

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mei 2008 Konsorsium PLTP Sarulla Laksanakan Pekerjaan Topo Survey Dan Soil Test

SUDAH SAATNYA PAHAE SATU DAPEM PADA PEMILU 2009