Berbeda dengan Puluhan Gempa Terdahulu
Thursday, 16 June 2011
BagiTirene Nainggolan, gempa yang terjadi secara beruntun pada Selasa (14/6) pagi berbeda dengan gempa sebelumnya yang dirasakannya.
Dia memaksa tubuh rentanya mendobrak pintu agar bisa keluar dari rumah sehingga terhindar dari bencana. Perempuan berusia 83 tahun ini mengaku sudah puluhan kali merasakan gempa.Memang tempatnya bermukim di Kecamatan Pahae Jae,Tapanuli Utara (Taput) langganan gempa karena berada pada patahan semangko.Patahan bumi ini terus bergerak. Tirene yang sudah memiliki tiga cicit ini mengatakan,sebenarnya dia sudah terbiasa dengan guncangan gempa.Dia ingat gempa pertama dirasakan pada 1965.Pada 1984 rumahnya roboh diguncang gempa.
Gempa pada 2008 membuat dinding rumahnya juga retak-retak. ”Saya sendirian di rumah, rumah goyang dan pintu terkunci. Saya mendobrak pintu dan saya tidak tahu kekuatan itu dari mana datangnya.Saya bisa lolos dan terjatuh di halaman rumah selanjutnya berseru memanggil nama Tuhan,”katanya. Pada awalnya,dia tidak pernah bersikap pasrah dalam menjalani hidup, termasuk ketika berpuluhpuluh kali gempa memporakporandakan desa mereka.Namun untuk kali ini,dia pasrah dan ikhlas dengan kematian.
”Aku sudah pasrah saja karena Tuhan akan menjadikan segala sesuatu indah pada waktunya.Bahkan, ketika aku harus mati sekalipun Tuhan telah menuliskan itu sebagai jalan hidupku,”terang ibu dari sembilan anak ini kemarin. Selain pasrah terhadap gempa yang sering terjadi, perempuan yang memiliki 39 cucu ini juga ikhlas harus hidup di tenda darurat yang dibuat keluarganya. Dia juga pasrah jika tidak mendapat bantuan dari pemerintah, seperti yang dirasakan tetangga-tetangganya.
”Segelas air mineral saja tidak ada kami terima dari pemerintah. Jadi, buat apa saya protes.Toh Tuhan masih mengizinkan saya mengunyah sirih dan melihat cucu-cucu saya bermain di tenda ini,”paparnya. Sementara itu,Kepala Kantor Badan Penanggulangan Bencana (BPB) Taput Tumbur P Hutabarat mengatakan, saat ini masih ada kendala untuk pengiriman bantuan, terlebih dari segi data.Namun, bukan berarti Pemkab tidak mempedulikan nasib rakyatnya.
Bahkan, nantinya bantuan akan diprioritaskan kepada korban bencana yang sangat parah serta kaum lanjut usia (lansia) dan anak-anak. ”Kita dapat mengerti keluhan pada warga,namun kita meminta warga untuk bersabar. Hari ini juga, Rabu (15/6) bantuan akan segera masuk, khususnya untuk makanan dan minuman,”ujarnya.
Untuk tanggap darurat bencana, nantinya BPB yang disiagakan di Pahae Jae dan beberapa lokasi lainnya yang dianggap rawan.Mereka diperintahkan untuk memprioritaskan kaum perempuan, lansia dan anak-anak.”Saat ini kita fokus pada pendataan dan evakuasi jika memang ada korban yang harus di evakuasi,”ujarnya. baringin lumban gaol
Dia memaksa tubuh rentanya mendobrak pintu agar bisa keluar dari rumah sehingga terhindar dari bencana. Perempuan berusia 83 tahun ini mengaku sudah puluhan kali merasakan gempa.Memang tempatnya bermukim di Kecamatan Pahae Jae,Tapanuli Utara (Taput) langganan gempa karena berada pada patahan semangko.Patahan bumi ini terus bergerak. Tirene yang sudah memiliki tiga cicit ini mengatakan,sebenarnya dia sudah terbiasa dengan guncangan gempa.Dia ingat gempa pertama dirasakan pada 1965.Pada 1984 rumahnya roboh diguncang gempa.
Gempa pada 2008 membuat dinding rumahnya juga retak-retak. ”Saya sendirian di rumah, rumah goyang dan pintu terkunci. Saya mendobrak pintu dan saya tidak tahu kekuatan itu dari mana datangnya.Saya bisa lolos dan terjatuh di halaman rumah selanjutnya berseru memanggil nama Tuhan,”katanya. Pada awalnya,dia tidak pernah bersikap pasrah dalam menjalani hidup, termasuk ketika berpuluhpuluh kali gempa memporakporandakan desa mereka.Namun untuk kali ini,dia pasrah dan ikhlas dengan kematian.
”Aku sudah pasrah saja karena Tuhan akan menjadikan segala sesuatu indah pada waktunya.Bahkan, ketika aku harus mati sekalipun Tuhan telah menuliskan itu sebagai jalan hidupku,”terang ibu dari sembilan anak ini kemarin. Selain pasrah terhadap gempa yang sering terjadi, perempuan yang memiliki 39 cucu ini juga ikhlas harus hidup di tenda darurat yang dibuat keluarganya. Dia juga pasrah jika tidak mendapat bantuan dari pemerintah, seperti yang dirasakan tetangga-tetangganya.
”Segelas air mineral saja tidak ada kami terima dari pemerintah. Jadi, buat apa saya protes.Toh Tuhan masih mengizinkan saya mengunyah sirih dan melihat cucu-cucu saya bermain di tenda ini,”paparnya. Sementara itu,Kepala Kantor Badan Penanggulangan Bencana (BPB) Taput Tumbur P Hutabarat mengatakan, saat ini masih ada kendala untuk pengiriman bantuan, terlebih dari segi data.Namun, bukan berarti Pemkab tidak mempedulikan nasib rakyatnya.
Bahkan, nantinya bantuan akan diprioritaskan kepada korban bencana yang sangat parah serta kaum lanjut usia (lansia) dan anak-anak. ”Kita dapat mengerti keluhan pada warga,namun kita meminta warga untuk bersabar. Hari ini juga, Rabu (15/6) bantuan akan segera masuk, khususnya untuk makanan dan minuman,”ujarnya.
Untuk tanggap darurat bencana, nantinya BPB yang disiagakan di Pahae Jae dan beberapa lokasi lainnya yang dianggap rawan.Mereka diperintahkan untuk memprioritaskan kaum perempuan, lansia dan anak-anak.”Saat ini kita fokus pada pendataan dan evakuasi jika memang ada korban yang harus di evakuasi,”ujarnya. baringin lumban gaol
Sumber Berita : Seputar Indonesia
Fhoto by : Videsta Tambunan
Komentar
Posting Komentar
Silahkan Berikan Komentar Anda 0=0